Bahasa Arab


 Pengertian kalam

بسم الله الرحمن الرحيم

الكلام هواللفظ المركب المفيد بالوضع.
Kalam ialah yang diucapkan yang disusunkan yang memberi faidah dengan memakai bahasa 'arab.

Maksudnya,kalam adalah lafazh yang tersusun yang berfaidah bagi orang yang mendengar atau yang diajak bicara.

Kalam menurut istilah para ahli ilmu Nahwu, ialah harus memenuhi empat syarat,yaitu:

‎1.اللفظ

فاللفظ هوالصوت المشتمل على بعض الحروف الهجا ئية
lafazh adalah suara ucapan yang mengandung sebagian huruf hijaiyah
seperti lafazhزيد {Zaid}. Sesungguhnya lafazh Zaid adalah suara ucapan yang mengandung huruf Za,Ya dan Dal. Bila ucapan tidak mengandung sebagian huruf hijaiyah, seperti suara
genderang{termasuk pula suara Ayam,beduk,kaleng,petir,mesin,dan sebagainya}, maka tidak dinamakan lafazh. Dan ada pula sesuatu yang berfaidah namun menurut para ahli ilmu nahwu tidak di golongkan lafazh, seperti isyaroh,tulisan,surat keterangan dan bendera.


‎2.المركب

والمركب‎ ‎ماتركب‎ ‎من‎ ‎كلمتين‎ ‎فاكثر‎.‎
"Murokab adalah ucapan yang tersusun dari dua kalimat atau lebih"

seperti قام زيد {ki Zaid telah berdiri} زيدقائم {ki Zaid telah berdiri}
kedua contoh ini maksudnya sama tetapi susunannya berbeda. Contoh pertama terdiri dari fi'il dan fa'il dan setiap fa'il pasti dirofa'kan. Contoh kedua terdiri dari mubtada dan khabar. Setiap mubtada, pasti dirofa'kan karena menjadi permulaan bicara dan setiap khabar juga dirofa'kan karena mengikuti mubtada. {masalah mubtada dan khabar dijelaskan dalam bab tersendiri}.

3.المفيد

والمفيد‎ ‎ما‎ ‎افاد‎ ‎فائدة‎ ‎يحسن‎ السكوت‎ ‎عليها‎ ‎من‎ ‎المتكلم‎ ‎والسامع‎.
Mufid adalah ungkafan yang memberikan pemahaman sehingga pembicara dan pendengarnya merasa puas. ‎ ‎

seperti قام زيد {ki Zaid telah berdiri} زيدقائم {ki Zaid telah berdiri}
sesungguhnya kedua contoh ini memberikan pemahaman yang membuat pendengarnya perasa puas. Yaitu kepuasan mengenai berita berdirinya ki Zaid, karena pendengar ketika mendengar hal itu tidak menunggu lagi sesuatu lainnya yang menjadikan sempurnanya kalam dan pembicaranya sendiri merasa puas.

4.الوضع

{ mengandung arti, pengertian, maksud dan tujuan}.

Mengenai pengertian Wadla' ini ada dua penafsiran. Sebagian ahli ilmu nahwu menafsiri dengan{القصد=tujuan}.

Maksudnya adalah ucapan itu jelas yang di tuju, bukan sekedar ucapan. Karena itu ucapan yang tidak jelas tujuannya tidak termasuk wadla' seperti ucapan orang yng lagi tidur(mengigau) dll.

Sebagian lainnya menafsiri dengan{العربى=bahasa Arab}. Maksudnya harus berbahasa Arab. Ucapan yang bukan bahasa Arab {Ajam}, seperti bahasa turki, barbar, jerman, indonesia, jawa dll, menurut para ahli ilmu Nahwu tidak termasuk wadla' berarti juga tidak bisa disebut kalam.

1.ISIM
Isim bisa dikenali dengan sangat mudah seperti dikutip dalam kitab jurumiyyah


فالاسم يُعرَفُ بالخَفْضِ وَ التَّنْوِينِ وَ دُخُولُ اللألِفِ وَالَّامِ وَ حُرُوفُ الخَفْضِ وهى مِن وَ اِلَى وَ عَنْ وَ عَلَى وَ فِي وَ رُبَّ وَ البَاء وَ الكَافُ وَ اللَامُ وَ حروف القَسَمِ وهى الوَاوُ وَالبَاء وَالتَّاء

maka adapun isim dikenali dengan adanya khofad ( garis bawah  ـــِـــ  ) dan tanwiyn dan kemasukan huruf alif dan lam dan kemasukan huruf khofad ( yaitu huruf yang membuat suatu kalimat menjadi baris dibawah/kasroh ; nanti aka saya jelaskan ) dan kemasukan huruf qosam.

Tanda-tanda Isim :
  • adanya tanda khofad : khofad adalah baris harokat yang dituliskan kebawah ( ــِـــ ) sering disebut dengan harokat kasroh yang ada di akhir kalimat, seperti contoh :  في البَيتِ
  • adanya tanda tanwin (  ــًــٍــٌ  ) setiap fi'il tidak mempunyai tanda tanwin hanya isim yang mempunyai tanwin.
  • adanya alif lam di depannya ( ال ) contoh :  الكِتَابُ
  • dimasuki oleh salah satu dari huruf kofad yaitu ( مِنْ , اِلَى , عَنْ , عَلَى , فِي , رُبَّ , البَاء , الكافُ , اللاَمُ 
contoh lihat pada gambar :

contoh huruf khofad

  • dan yang terakhir yaitu dimasuki huruf qosam , huruf qosam yaitu huruf yang menunjukan arti sumpah dan hanya bisa masuk pada kalimat tertentu, huruf qosam ada tiga yaitu : الباء , الواو , التاء
( الواو ) hanya masuk pada isim yang dzohir , contoh : والعَصْرِ
( الباء ) hanya masuk pada isim yang mudmar / berupa dhomir , contoh : بِكَ
( التاء ) hanya masuk pada kalimat الله , contoh :  تالله

tambahan :  

sebagaimana isim fi'il pun mempunyai tanda-tanda yang biasanya terdapat pada fiil tetapi tidak menutup kemungkinan tanda-tanda ini tidak terdapat pada fiilhanya untuk mempermudah saja.

والفِعلُ يُعْرَفُ بقَدْ وَالسِّينِ وَ سَوْفَ وَ التَّاء التَأنيسِ السَاكنة

Adapun fiil bisa dikenal dengan adanya huruf  qad didepannya dan huruf sin , dan saufa ( سوف ) dan masukan ta' ta'nis sakinah .

tanda-tanda fiil :
  • Adanya huruf qad ( قَد ) di depannya , contoh : قَد ضَرَبَ
  • adanya huruf sin ( س ) di depannya , contoh : سَيَفْعَلُ
  • dan huruf saufa  ( سوف ) , contoh : سَوْفَ يَفْعَلُ
  •  dan ta' ta'nis sakinah ( ت ) contoh :  ضَرَبَتْ
2.Fi'il

Kalimah Fi’il adalah kata yang menunjukkan arti pekerjaan atau peristiwa yang terjadi pada suatu masa atau waktu tertentu (lampau, sekarang dan yang akan datang). Hampir seperti pengertian kata kerja dalam bahasa Indonesia, namun ada perbedaan sedikit.
Contoh:

bekerjalah
اُفْعُــلْ
Sedang/ akan bekerja
يَفْــعُــلُ
Telah bekerja

فَــعَــلَ

Kata kerja atau Kalimah F’il terbagi tiga:

1. Fi’il Madhi – Kata kerja Bentuk Lampau:
Kata kerja menunjukkan kejadian bentuk lampau, sebelum masa pembicara. Seperti قَرَأَ “Telah membaca”. Tanda-tandanya adalah dapat menerima Ta’ Fa’il dan Ta’ Ta’nits Sakinah. Seperti قَرَأْتُ “Aku telah membaca” dan قَرَاَتْ “Dia (seorang perempuan) telah membaca”.

2. Fi’il Mudhori’ – Kata kerja bentuk sedang atau akan:
Kata kerja menunjukkan bentuk kejadian saat berlangsung atau akan berlangsung, di masa pembicara atau setelahnya.
Dapat dipastikan kejadian itu terjadi saat berlangsung dengan dimasukkannya Lam Taukid dan Ma Nafi. Seperti:

قَالَ إِنِّي لَيَحْزُنُنِي أَنْ تَذْهَبُوا بِهِ
Berkata Ya’qub: “Sesungguhnya kepergian kamu bersama Yusuf amat menyedihkanku

وَمَا تَدْرِي نَفْسٌ مَاذَا تَكْسِبُ غَدًا وَمَا تَدْرِي نَفْسٌ بِأَيِّ أَرْضٍ تَمُوتُ
…Dan tiada seorangpun yang dapat mengetahui (dengan pasti) apa yang akan diusahakannya besok. Dan tiada seorangpun yang dapat mengetahui di bumi mana dia akan mati…

Dapat dipastikan kejadian itu terjadi akan berlangsung dengan dimasukkannya س, سوف, لن, أن, ان. Seperti:

سَيَصْلَى نَارًا ذَاتَ لَهَبٍ
Kelak dia akan masuk ke dalam api yang bergejolak.

وَأَنَّ سَعْيَهُ سَوْفَ يُرَى
dan bahwasanya usaha itu kelak akan diperlihatkan (kepadanya).

قَالَ رَبِّ أَرِنِي أَنظُرْ إِلَيْكَ قَالَ لَن تَرَانِي
berkatalah Musa: “Ya Tuhanku, nampakkanlah (diri Engkau) kepadaku agar aku dapat melihat kepada Engkau.” Tuhan berfirman: “Kamu sekali-kali tidak sanggup melihat-Ku

وَأَنْ تَصُومُوا خَيْرٌ لَكُمْ إِنْ كُنْتُمْ تَعْلَمُونَ
Dan berpuasa lebih baik bagimu jika kamu mengetahui.

وَإِن يَتَفَرَّقَا يُغْنِ اللَّهُ كُلاًّ مِّن سَعَتِهِ
Jika keduanya bercerai, maka Allah akan memberi kecukupan kepada masing-masingnya dari limpahan karunia-Nya.

Tanda-tanda Fi’il Mudhori’ adalah: bisa dimasuki لَمْ seperti contoh: لَمْ يَقْرَأْ artinya: tidak membaca. Ciri-ciri Kalimah Fi’il Mudhari’ adalah dimulai dengan huruf Mudhoro’ah yang empat yaitu أ – ن – ي – ت disingkat menjadi أنيت.
  1. Huruf Mudhara’ah Hamzah dipakai untuk Mutakallim/pembicara/orang pertama tunggal/Aku. contoh أضرب
  2. Huruf Mudhara’ah Nun dipakai untuk Mutakallim Ma’al Ghair/pembicara/orang pertama jamak/Kami. contoh نضرب
  3. Huruf Mudhara’ah Ya’ dipakai untuk Ghaib Mudzakkar/orang ketiga male, tunggal, dual atau jamak/dia atau mereka. contoh يضرب, يضربان, يضوبون, يضربن
  4. Huruf Mudhara’ah Ta’ dipakai untuk Mukhatab secara Mutlaq/orang kedua male atau female, juga dipakai untuk orang ketiga female tunggal dan dual. contoh تضرب, تضربا, تضربون , تضربين, تضربن

3.  Fi’il Amar – Kata kerja bentuk perintah :
Kata kerja untuk memerintah sesuatu yang dihasilkan setelah masa pembicara. contoh: اقْرأْ = bacalah.
Tanda-tandanya adalah dapat menerima Nun Taukid beserta menunjukkan perintah. contoh اقْرَأَنَّ = sungguh bacalah.


3. Huruf dalam Bahasa Arab



1. Pengertian Huruf
Dalam kaidah bahasa Arab didefinisikan sebagai berikut:
مَا يَتَرَكَّبُ مِنْهُ اْلكَلِمَةُ أَوْ كَلِمَةٌ لاَ يَفْهَمُ مَعْنَاهَا إِلاَّ مَعَ غَيْرِهَا
Huruf adalah unsur yang merangkai kata yang tidak dipahami maknanya sebelum terangkai dengan unsur lain.
Dari pengertian di atas, maka dapat dipahami bahwa huruf adalah sesuatu yang unsur yang tidak akan sempurnah maknanya kecuali bila sudah berhubungan dengan yang lain.


2. Pembagian Huruf
Dalam bahasa Arab dikenal beberapa kategori huruf, yang secara garis besarnya dapat dikelompokkan menjadi 2 (dua) macam:
1. Huruf Mabani ( حُرُوْفُ المَبَانِي ), yaitu huruf-huruf yang merangkai sebuah kata. Huruf-huruf seperti ini juga biasa disebut dengan huruf hijaiyyah atau huruf ejaan. Huruf-huruf seperti ini tidak termasuk kategori kata, sehingga tidak termasuk dalam kategori pembagian kata dalam bahasa Arab. Contoh:
أ – ب – ت – ث – ج – ح - خ …… الخ
2. Huruf Ma’ani ( حُرُوْفُ المَعَانِي ), yaitu huruf yang pada prinsipnya membawa makna yang melekat pada dirinya, meskipun makna tersebut belum bisa dipahami sebelum dirangkaikan dengan kata yang lain. Jenis huruf inilah yang menjadi salah satu kategori kata dalam pembagian kata dalam bahasa Arab.
Huruf-huruf yang masuk dalam kategori ini cukup banyak, antara lain:
1. Huruf jar, yaitu: مِنْ – إِلَى – عَنْ - عَلىَ – فِي – كَـ - بِــ - لِــ seperti yang telah disebutkan sebelumnya.
2. Huruf Athaf (kata sambung), seperti: وَ (dan)
3. Huruf Nashab, yaitu terbagi dua:
  1. Huruf Nashab khusus masuk pada isim:
إِنَّ
:
Sesungguhnya


لَيْتَ
:
Mudah-mudahan
أَنَّ
:
Bahwa/sesungguhnya


لَعَلَّ
:
Barangkali
كَأَنَّ
:
Bagaikan, seakan-akan


لاَ
:
tidak
لَكِنَّ
:
akan tetapi




:


b. Huruf Nashab khusus masuk pada fi’il:
أَنْ
:
-


إِذَنْ
:
Kalau begitu
لَنْ
:
tidak akan


كَيْ
:
supaya
c. Huruf Jazm (khusus masuk pada fi’il), yaitu:
لَمْ
:
tidak


لـِ
:
Hendaklah (lam amr)
لَمَّا
:
tidak, belum


لاَ
:
Janganlah (لاَ النَّاهِيَة)
d. Dan lain-lain.
Huruf-huruf seperti yang disebutkan di atas, meskipun pada prinsipnya mempunyai makna, tetapi makna tersebut tidak tampak jelas, kecuali setelah terangkai dengan kata yang lain. 


Bab Al I’rab

I’rab itu adalah berubahnya akhir-akhir kalimat karena perbedaan amil-amil yang masuk
atasnya baik secara lafadz atau taqdir. Bagian i’rab itu ada empat, yaitu rafa’, nashab,
khofadh atau jar, dan jazm.
Setiap isim itu bisa rafa’, nashab, khofadh dan tidak bisa jazm
Setiap fi’il itu bisa rafa’, nashab, jazm, dan tidak bisa khofadh.
Bab Mengenal tanda-tanda I’rab
1. Bagi rafa’ itu ada empat tanda, yaitu dhammah, waw, alif dan Nun
Adapun Dhammah, maka ia menjadi tanda bagi rafa’ pada empat tempat :
1. Pada Isim Mufrad,
2. Jama’ taktsir
3. Jama’ muannas salim, dan
4. fiil mudhari’ yang tidak bersambung di akhirnya dengan sesuatu
Adapun waw, maka ia menjadi tanda bagi rafa’ pada dua tempat :

1. Pada jama’ mudzakkar salim, dan
2. Isim-isim yang lima yaitu
a   6^.6 ,m )@.6 ,m ) 6 ,m )G + 6 ,m ) +
Adapun alif, maka ia menjadi tanda bagi rafa’ pada isim-isim tatsniyyah yang tertentu
Adapun Nun maka ia menjadi tanda bagi rafa’ pada fi’il mudhari yang bersambung dengan
dhamir tatsniyah, dhamir jama’, dan dhamir muannats mukhatabah.
2. Bagi Nashab itu ada lima tanda, yaitu Fathah, alif, kasrah, ya, dan hadzfunnuun
(membuang nun).
Adapun fathah maka ia menjadi tanda bagi nashab pada tiga tempat :
1. Pada Isim Mufrad
2. Jama’ taksir, dan
3. fi’il Mudhari apabila masuk atasnya amil yang menashobkan dan tidak bersambung
di akhirnya dengan sesuatupun
Adapun alif, maka ia menjadi tanda bagi nashab pada isim-isim yang lima contohnya :
m  G + 6 m   + t B+ $
(aku melihat bapakmu dan saudaramu)
dan apa-apa yang menyerupai contoh ini.
Adapun kasrah, maka ia menjadi tanda bagi nashab pada jama’ muannats salim
Adapun ya, maka ia menjadi tanda bagi nashab pada tatsniyah dan jama’
Adapun Hadzfunnuun, maka ia menjadi tanda bagi nashab pada fi’il-fi’il yang lima yang
ketika rafa’nya dengan tetap nun.
3. Bagi Khafadh atau jar itu ada 3 tanda, yaitu kasrah, ya, dan fathah.
Adapun kasrah, maka ia menjadi tanda bagi khafadh pada tiga tempat:
1. Isim Mufrad yang menerima tanwin
2. jama’ taksir yang menerima tanwin, dan
3. jama’ muannats salim
Adapun ya', maka ia menjadi tanda bagi khafadh pada tiga tempat:
1. Pada isim-isim yang lima
2. Isim Tatsniyah, dan
3. jama’

Adapun fathah, maka ia menjadi tanda bagi khafadh pada isim-isim yang tidak menerima
tanwin.
4. Bagi jazm itu ada 2 tanda, yaitu sukun dan al hadzfu (membuang).
Adapun sukun, maka ia menjadi tanda bagi jazm pada fi’il yang shahih akhirnya
Adapun al hadzfu, maka ia menjadi tanda bagi jazm pada fi’il mudhari yang mu’tal
akhirnya dan pada fi’il-fi’il yang ketika rafa’nya dengan tetap nun.
Fashl (pasal)
Yang di i'rab itu ada dua bagian : ada yang di i’rab dengan harkat (baris) dan ada yang di
i’rab dengan huruf.
Maka yang di i’rab dengan baris itu ada empat macam :
1. Isim Mufrad
2. Jama’ taktsir
3. Jama’ muannats salim, dan
4. Fi’il Mudhari’ yang tidak bersambung dengan akhirnya sesuatupun
Dan semuanya itu (yang di i’rab dengan baris) di rafa’kan dengan dhammah, dinashabkan
dengan fathah, dan dijazmkan dengan sukun. Dan keluar dari itu tiga hal; jama’ muannats
salim dinashabkan dengan kasrah, isim yang tidak menerima tanwin dijarkan
(dikhafadhkan) dengan fathah dan fi’il mudhari’ yang mu’tal akhirnya dijazmkan dengan
membuang akhirnya
Yang dii’rab dengan huruf itu ada empat macam :
1. Isim Tatsniyah
2. Jama’ mudzakkar salim
3. isim-isim yang lima, dan
4. fi’il-fiil yang lima, yaitu R 90Q6 d) 90Q6 d) 90B6 dz90Q6 dz90B
adapun isim tatsniyah, maka ia dirafa’kan dengan alif, dinashabkan dengan ya dan dijarkan
dengan ya.
Adapun jama’ mudzakkar salim, maka ia dirafa’kan dengan waw, dinashabkan dengan ya
dan dijarkan dengan ya.

Adapun Isim-isim yang lima, maka di rafa’kan dengan waw, dinashabkan dengan alif, dan
dijarkan dengan ya.
Adapun fi’il-fi’il yang lima, maka dirafa’kan dengan huruf nun, dan dinashabkan dan
dijazamkan dengan membuang huruf nun.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar