Rabu, 11 Juni 2014

Biografi Diri


Biografi Diri
NAMA 

:
M Rofi’ur Rutabi



JENIS KELAMIN
:
LAKI-LAKI




TEMPAT/TGL. LAHIR
:
Kediri, 08 Januari1994




STATUS
:
BELUM MENIKAH



ALAMAT ASAL

:
Jalan Subur Desa Sidomulyo Kec. Puncu Kab. Kediri Jawa Timur
AGAMA

:
ISLAM




MAHASISWA


UIN Maulana Malik Ibrahim Malang




FAKULTAS/ JURUSAN


Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan/ PAI




Pendidikan






2000-2001
:
TK. Kusuma Mulia Sidomulyo


2001-2007
:
MI Islamiyah Sidomulyo


2007-2010
:
MTs Negeri Puncu


2010-2013
:
MAN 3 Kediri


2013- sekarang
:
UIN Maulana Malik Ibrahim Malang










DATA KELUARGA






NAMA AYAH
:
Nur Hadi



NAMA IBU
:
Umi Saadah



PEKERJAAN AYAH
:
Petani



PEKERJAAN IBU
:
Swasta


ALAMAT AYAH
:
Jalan Subur Desa Sidomulyo Kec. Puncu Kab. Kediri Jawa Timur
ALAMAT IBU
:
Jalan Subur Desa Sidomulyo Kec. Puncu Kab. Kediri Jawa Timur



Sabtu, 07 Juni 2014

Membangun karakter anak melalui permainan tradisional



Membangun karakter anak melalui permainan tradisional

Salah satu anugerah terbesar kehidupan yang hadir di tengah-tengah kita adalah hadirnya
seorang anak. Mereka memiliki dunia tersendiri yang menawarkan kepolosan yang menggugah, rasa ingin tahu yang besar, kegembiraan, kedamaian, tantangan untuk menjelajah serta lumbungkreativitas yang kaya. Karena itulah, secara alamiah dunia anak memiliki pesona tersendiri yang mengundang ketertarikan banyak kalangan. Salah satu pihak yang jeli melihat peluang untuk memanfaatkan momentum masa kanak-kanak adalah para pedagang yang menghadirkan permainan yang bernuansa konsumtif. Sayangnya, alat-alat permainan dewasa ini ditawarkan tidak mendorong anak menjadi seorang kreator tetapi lebih menggiring anak menjadi operator

Kemajuan teknologi yang semakin pesat juga mempengaruhi aktivitas bermain anak. Sekarang, anak-anak lebih sering bermain permainan digital seperti video games, Playstation (PS), dan games online. Permainan ini dimainkan menggunakan peralatan yang canggih dengan teknologi yang mutakhir, hal ini berkebalikan dengan permainan tradisional. Kesan modern pada permainan digital tidak hanya melekat pada peralatan yang digunakan saat bermain, tetapi juga bagaimana cara memainkannya. Permainan digital dimainkan di dalam ruangan yang nyaman karena pada umumnya berAC, misalnya di tempat bermain seperti timezone atau di warnet. Hal ini tentu saja berbeda dengan permainan tradisional yang pada umumnya dimainkan di lapangan atau di halaman, kadang saat bermain anak kepanasan.

Kesan modern ternyata tidak selamanya berdampak positif. Fenomena yang terjadi akhir-akhir ini, permainan digital berdampak buruk pada anak. Di berbagai media baik cetak maupun elektronik saat ini, marak diberitakan tentang berbagai dampak permainan digital pada anak, khususnya games online. Contohnya bolos sekolah. Hasil penelitian Fakultas Kedokteran Universitas Hanover Jerman telah menemukan bahwa games online bisa menyebabkan seseorang mengalami kepribadian ganda. Hal ini diperoleh berdasarkan penelitian pada seorang wanita yang bermain games online setiap hari selama tiga bulan, dengan memainkan beberapa tokoh yang berbeda. Ternyata, tokoh-tokoh imajinasi itu mengambil alih kepribadiannya, sehingga wanita tersebut kehilangan kendali atas kontrol identitas dan kehidupan sosialnya (Renggani, 2012).
Sebenarnya bangsa Indonesia memiliki permainan anak yang kaya akan nilai dan berdasarkan hasil penelitian permainan anak tradisional dapat menstimulasi tumbuh kembang anak, bahkan dapat digunakan sebagai sarana edukasi pada anak.
Kurniati, 2011 dalam penelitiannya menunjukkan bahwa permainan anak tradisional dapat mestimulasi anak dalam mengembangkan kerjasama, membantu anak menyesuaikan diri, saling berinteraksi secara positif, dapat mengkondisikan anak dalam mengontrol diri, mengembangkan sikap empati terhadap teman, menaati aturan, serta menghargai orang lain.
           
            Interaksi dengan teman sebaya penting bagi perkembangan sosial anak selama masa kanak-kanak pertengahan (Steinberg & Belsky, 1991, h.391). Saat berinteraksi dengan teman sebaya, anak belajar cara mengkomunikasikan pikiran dan perasaannya secara efektif kepada orang lain. Menurut Santrock (2002, h.268) teman sebaya (peers) ialah anak-anak yang tingkat usia dan kematangannya kurang lebih sama. Menurut Hurlock (1978, h.325) pola permainan yang dapat mendukung perkembangan sosial anak adalah pola permainan yang bernuansa sosial, yaitu pola permainan yang melibatkan interaksi dengan teman-teman sebaya. Suasana tersebut dapat ditemui dalam permainan tradisional. Permainan tradisional dapat memberikan alternatif yang berbeda dalam kehidupan anak. Dharmamulya (Ariani, 1998, h.2) menyebutkan bahwa ada beberapa nilai yang terkandung dalam permainan tradisional yang dapat ditanamkan dalam diri anak antara lain rasa senang, adanya rasa bebas, rasa berteman, rasa demokrasi, penuh tanggung jawab, rasa patuh dan rasa saling membantu yang kesemuanya merupakan nilai-nilai yang sangat baik dan berguna dalam kehidupan bermasyarakat. Dengan demikian dapat dipahami bahwa permainan tradisional dapat memberikan dampak yang sangat baik dalam membantu membangkan keterampilan emosi dan sosial pada anak. Oleh karena itu anak memerlukan ketrampilan yang dapat mendukungnya dalam berhubungan dengan teman sebaya. Ketrampilan untuk menjalin hubungan dengan teman sebaya biasa disebut dengan kompetensi interpersonal.
            Howe (2010, h.131) menyebutkan bahwa anak yang memiliki kompetensi sosial cenderung memiliki teman yang banyak dan populer di dalam kelompok sosialnya. William dan Solano (Baron & Byrne, 1991, h.281) mengatakan bahwa individu dengan kompetensi interpersonal rendah, kurang mampu untuk memulai hubungan interpersonal dan meskipun sudah memiliki hubungan interpersonal tapi individu tidak mampu mengembangkan hubungan tersebut menjadi hubungan yang akrab dan menyenangkan.
Media pembelajaran yang alamiah tersebut, justru telah hadir ribuan tahun yang lalu, yang diangkat dari sinergisitas antara tradisi budaya dan alam. Permainan Tradisional (misalnya,          Kaulinan Murangkalih, dari suku Sunda sebagai salah satu contoh budaya di Indonesia), merupakan salah satu cerminan dari identitas nilai-nilai yang mewarnai kehidupan masyarakat

Berdasarkan uraian di atas, pelestarian permainan tradisional penting untuk dilakukan dengan cara memperkenalkan dan memainkan permainan tradisional bersama anak, disertai dengan upaya penyadaran kepada pihak-pihak terkait khususnya orang tua akan bahaya games online pada anak karena orang tua adalah pihak yang paling dekat dan paling bertanggungjawab terhadap anak, yang seharusnya memiliki waktu paling banyak bersama anak dengan perhatian dan kasih sayangnya.